Sampai Jumpa Indonesia
Jumat malam 12 September 2014. Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 namun mata ini sulit terpejam. Padahal besok dini hari sudah harus berangkat ke Soekarno-Hatta. Malam itu saya mengalami susah tidur, bukan karena saya yang tidak bisa tidur. Tapi karena 2 kawan baik saya sedang asyik-asyiknya berdiskusi. Tak tega rasanya menghentikan kegiatan belajar mereka berdua. Tapi somehow saya akhirnya terlelap.
Sabtu 02.00 saya terjaga. Dibangunkan oleh getaran handphone saya. Ternyata sopir taxi blue bird sudah siap di depan rumah. Terjaga 30 menit lebih awal membuat saya punya waktu lebih untuk persiapan.
Dengan diantar oleh 2 sahabat saya, Gofur dan Zakaria, saya berangkat menuju depan rumah. 02.45 taksi saya meluncur membelah dinginnya malam Jakarta. Suasana lengang jalan tol ibukota membuat sopir taksi menggila. Sudah tak terhitung berapa kali alarm taksi berbunyi ketika kecepatan melebihi 120 km/jam. Saya pun tiba di terminal 2 keberangkatan internasional pukul 03.20 WIB.
Di Soetta saya masih harus menunggu senior saya yang juga akan belajar di NPS. Sembari menunggu saya mengamati barang bawaan saya. Sejumlah 5 tas besar / koper akan saya bagasikan. Tas ransel dan tas kamera saya akan menemani masuk ke dalam kabin. Baru kali ini saya merasa kurang barang bawaan saat ke luar negeri. Biasanya saya selalu berhitung agar bawaan saya jangan sampai melebihi kuota. Namun, sekarang, saya malah bingung untuk memenuhi koper saya.
Menurut peraturan US Navy, perwira yang akan belajar untuk jangka waktu lebih dari 36 minggu diperkenankan untuk membawa maksimal 5 koper. Peraturan itu juga berlaku kepada saya. Dalam penerbangan kali ini, jatah asli saya adalah 2 koper dengan berat masing-masing tidak lebih dari 50 lbs (22,7 kg). Dari 5 koper bawaan saya, 3 di antaranya tergolong kelebihan bagasi yang harus dibayar. Tiap-tiap kopernya seharga USD 200, sehingga saya harus membayar USD 600. Uang sebesar itu saya talangi dulu untuk saya mintakan ganti ke pihak kampus setiba saya di sana.
Keren kan, saat negara bisa “memantaskan” tentaranya. Saya pernah sekolah di India dan Perancis. Kesemuanya atas sponsor mereka. Namun saya dulu tidak mendapatkan alokasi kelebihan bagasi seperti yang telah diberikan Amerika sekarang ini. Memang beda antara negara adi kuasa dengan negara biasa. Semoga ke depan Indonesia bisa menjadi maju dan kaya. Agar bisa memantaskan tentaranya seperti Amerika.
06.30 pesawat saya take-off menuju Narita, Tokyo. Pemandangan Jakarta menjadi semakin jauh, mengecil, hingga akhirnya hilang tertutup awan.
Selamat tinggal Indonesia. Insya Allah kita akan bertemu lagi April 2016.
Ya Allah, berilah lindungan kepada kedua orang tua saya. Berilah mereka kesehatan selalu, Ya Allah. Agar mereka berdua bisa menyaksikan kesuksesan anak-anaknya.
Ya Allah, berilah lindungan kepada anak-anak dan istri saya. Jagalah selalu istri saya, agar senantiasa sehat, baik dirinya dan kandungannya. Berilah istri saya kelancaran dan kesehatan dalam proses persalinan anak kedua saya, Ya Allah. Mudahkanlah istri saya, berilah lindungan dan keselamatan saat melahirkan nanti. Semoga anak kedua saya lahir dengan selamat tanpa kurang suatu apa pun. Berilah kesehatan kepada jagoa baru saya itu Ya Allah.
Ya Allah, berilah kesehatan selalu kepada anak pertama saya, Axelle. Jauhkanlah sakit darinya. Jadikanlah Axelle anak yang sholihah, yang berbakti kepada kedua orang tua. Jadikanlah dia anak yang pengertian, yang bisa membantu istri saya saat kedatangan anak kedua saya nanti, Ya Allah.
Robbana atina fiddunya hasanah. Wa fil akhirati hasanah. Waqina adzabannar.