Prospek Pertumbuhan Bank Jatim
Bank Jatim adalah salah satu bank pembangunan daerah (BPD) yang melantai di bursa saham. Sebuah bank berstatus sebagai BPD tentunya masih merupakan bank komersial juga. Hanya saja BPD juga dituntut untuk ikut aktif mendorong pembangunan daerah masing-masing, utamanya dalam penyaluran dana untuk pembangunan. Untuk Bank Jatim, tentunya untuk pembangunan Jawa Timur.
Bank Jatim didirikan pada tanggal 17 Agustus 1961 namun baru masuk bursa saham pada tahun 2012 dengan ticker BJTM. Sebelum IPO, ekuitas Bank Jatim masih 3,2 triliun rupiah. Sekarang ekuitas Bank Jatim mencapai 10 triliun rupiah, atau bertumbuh dengan CAGR 11,87% setiap tahunnya.
Angka pertumbuhan 11% mendekati 12% tentunya mengindikasikan pertumbuhan yang bagus. Namun apakah pertumbuhan setinggi itu bisa dipertahankan di masa depan, katakanlah hingga sepuluh tahun ke depan?
Untuk melihat bagaimana peluang pertumbuhan Bank Jatim, boleh kita melihat dari sisi industri perbankan dahulu.
Model bisnis bank sebenarnya sangat simpel, yaitu menampung dana dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Masyarakat diiming-imingi oleh bunga tertentu agar mau menyimpan atau menaruh uangnya di bank. Lalu oleh bank, uang yang diperoleh tadi dipinjamkan dengan bunga yang lebih tinggi tentunya. Selisih bunga yang didapat oleh bank itu menjadi laba perusahaan.
Dengan demikian, kredit inilah yang menjadi kunci profitabilitas sebuah bank. Siapa yang berhasil mendapatkan banyak kreditlah yang akan tumbuh. Di sinilah terjadi perebutan dana masyarakat untuk disalurkan oleh bank dalam bentuk kredit. Di Indonesia sendiri terdapat 107 bank umum dan 1.481 bank perkreditan rakyat.
Jumlah uang beredar di masyarakat, atau M2, pada September 2021 adalah 7.287,3 triliun rupiah. M2 ini adalah istilah penyebutan jumlah uang kertas/logam yang beredar (M1) ditambah deposito berjangka di bank-bank umum. Kredit yang diberikan ke masyarakat sebesar 5.652,8 triliun rupiah, atau 77,5% dari M2. Kredit yang berhasil disalurkan Bank Jatim pada September 2021 tercatat 41,2 triliun, atau 0,7% dari jumlah total kredit. Ini menunjukkan Bank Jatim merupakan bank gurem dengan market share di bawah 1%. Jawara perkreditan di Indonesia adalah BRI (18%) dan Bank Mandiri (16%).
Kredit di Indonesia merupakan sektor yang terus bertumbuh seiring dengan bertumbuhnya perekonomian Indonesia. Selama lima tahun terakhir kredit bertumbuh CAGR 6% (sudah memperhitungkan penurunan kredit yang terjadi pada 2020 karena pandemi). Sementara terdapat ruang 22,5% atau 1.600 triliun yang bisa digarap sebagai peluang kredit di masyarakat yang belum tersentuh. Sebagai pembanding, pada saat kondisi ekonomi normal, bank-bank mampu menyerap 90-an% M2 sebagai kredit.
Namun apakah Bank Jatim mampu untuk memanfaatkan peluang ini? Ini yang harus kita bedah lagi.
Bank Jatim adalah BUMD, atau banknya pemerintah Jawa Timur. Sudah jelas bahwa mostly penyaluran gaji dan pensiun PNS Jawa Timur melalui bank ini. Namun untuk dapat bertumbuh, Bank Jatim tentunya tidak bisa berharap hanya dari 432.732 orang PNS dan para pensiunan tersebut.
Dan memang secara historis Bank Jatim mampu memanfaatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini terbukti dengan pertumbuhan net revenue selama 10 tahun yang cukup bagus dengan CAGR 7,71%. Ekuitas bertumbuh 11,87%. Laba bersih juga tumbuh CAGR 5,64%. Bahkan kredit yang berhasil disalurkan oleh Bank Jatim mampu bertumbuh 9,58%.
Yang masih menjadi PR buat manajemen Bank Jatim adalah bagaimana menurunkan biaya-biaya. Meskipun jumlah debitur yang telat membayar cicilan hanya sebesar 2,8% di tahun 2020, namun credit cost yang harus dikeluarkan oleh Bank Jatim 3,5%. Sebuah nominal yang cukup besar. Sebagai pembanding, credit cost BCA hanya1%, sedangkan BNI 1,6%. Selain itu, cost of fund dan biaya-biaya operasional Bank Jatim seharusnya masih bisa ditekan lagi untuk dapat meningkatkan laba bersih perusahaan.
Satu catatan lagi yang perlu mendapat perhatian adalah tanda-tanda kesulitan Bank Jatim dalam menyalurkan kredit. Hal ini tercermin dari meningkatnya proporsi aset yang ditaruh ke dalam instrument investasi sejak tahun 2019. Tercatat sepertiga total aset dari Bank Jatim dimasukkan ke dalam surat berharga yang hanya memberikan imbal hasil 3,5% setahun. Andai uang sebesar itu mampu untuk disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit tentunya akan menambah pendapatan bunga yang lumayan.
Sekarang kuncinya adalah di manajemen. Kalau dilihat dari laporan keuangan, maka tidak terdapat transaksi-transaksi yang aneh-aneh pada laporan keuangan perusahaan sepuluh tahun terakhir. Gaji dan tunjangan top management pun masih di kisaran wajar, bahkan rendah. Namun sejak lama Bank Jatim disorot karena pemilihan pejabat-pejabatnya yang sarat akan nepotisme. Beberapa direktur Bank Jatim disinyalir masih memiliki hubungan kedekatan dengan pejabat atau mantan pejabat Jawa Timur. Beberapa kasus korupsi pernah mencuat di media yang dilakukan oleh pejabat di level Kepala Cabang. Ada juga permasalahan buruknya sistem keamanan yang dipertanyakan setelah terjadi kasus skimming yang menimpa nasabah.
Apabila manajemen Bank Jatim bisa mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, maka saya percaya bank ini bisa memperbaiki market share-nya. Untuk menuju ke sana paling tidak Bank Jatim harus dapat meningkatkan penyaluran kredit hingga minimal 12% selama beberapa tahun ke depan. Namun jika tidak, saya masih yakin Bank Jatim akan mampu bertumbuh seiring dengan pertumbuhan whole economy Indonesia, dalam artian hanya mempertahankan current market share.
Anyway, Bank Jatim terkenal royal membagi dividen dengan payout konsisten di kisaran 50% laba bersih. Saham BJTM ini juga menjadi favorit para pemburu dividen karena menawarkan dividend yield yang lumayan.
Bagaimana dengan valuasinya? Sayangnya saya tidak membahas valuasi pada tulisan ini. Silakan para pembaca menilai sendiri dengan ilmu masing-masing. Yang jelas saat tulisan ini dibuat PBV BJTM adalah 1,03. Apakah harga segitu mahal? Atau apakah masih menawarkan MOS yang menarik? Well, silakan anda hitung sendiri.
Kesimpulannya, dengan melihat fundamental perusahaan, Bank Jatim akan mampu jika hanya untuk bertumbuh minimal 8% per tahun sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan rata-rata inflasi Indonesia. Untuk pertumbuhan yang lebih tinggi, maka diperlukan kerja keras dari manajemen perusahaan, yang merupakan hal yang tidak gampang, mengingat status Bank Jatim sebagai BUMD di Jawa Timur sehingga tidak akan bisa untuk berkembang lebih jauh di luar wilayah Jawa Timur.
Disclaimer: Saya mempunyai saham Bank Jatim sehingga apa yang tulis bisa saja bias. Namun saya berusaha untuk seobjektif mungkin dalam menilai prospek pertumbuhan Bank Jatim. Dan tulisan ini bukan merupakan ajakan investasi.