Portfolio Update Juli 2022: Auto-order, Opportunity Cost, dan the Power of Dividends
Bulan Juli memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi saya karena saya mendapat pelajaran berharga, alias sedikit melewatkan kesempatan untuk meraup cuan lebih besar. Bagaimana tidak, bulan Juli menjadi momentum bagi saya dan para investor saham pada umumnya untuk bisa lebih meningkatkan kinerja portfolio karena sudah terlihat sedikit jelas emiten-emiten yang kinerja Q2-nya bagus maka harga sahamnya cenderung merangkak naik. Sebaliknya, bagi emiten-emiten yang menuai kinerja buruk semester I ini maka harga sahamnya pun dalam tren bergerak negatif.
Di bulan Juli saya menerima dividen dari GGRM dan SCMA yang lumayan sehingga menjadikan kas saya naik di kisaran 5% dari portfolio setelah sebelumnya di bulan Juni saya all out. Kas tersebut rencana saya masukkan ke saham batubara mengingat perusahaan batubara masih akan menikmati berkah dari booming batubara yang belum akan selesai dalam waktu dekat. Di sisi lain, saya juga melihat penurunan secara bertahap harga saham GGRM.
Jujur saya salah satu fans GGRM. Walaupun saya tidak merokok, saya tahu persis masyarakat Indonesia belum akan bisa lepas dari ketergantungan terhadap rokok. Gudang Garam adalah salah satu market leader rokok kemasan di Indonesia. Bersama dengan Sampoerna, Gudang Garam telah membuktikan diri sebagai salah satu perusahaan berkinerja konsisten dalam jangka panjang.
Sebagai value investor, melihat harga saham GGRM yang waktu itu turun hingga ke harga 29.000 menimbulkan rasa greedy tersendiri. Ya, dengan harga wajar menurut perhitungan saya di kisaran 75.000, membeli di harga serendah itu berarti mendapat MoS ~60%. Porsi saham GGRM di portfolio mencapai 22% dengan harga rata-rata 33.500. Saya pun berpikir untuk melakukan average down GGRM dengan seluruh amunisi saya yang tersisa.
Alhasil saya memiliki dua pilihan. Pertama, all out di Gudang Garam dengan potensi profit secara jangka panjang potensi profit 1 bagger. Atau membelikan seluruh kas tersisa saya ke salah satu emiten batubara yang masih memiliki MoS yang menarik dengan potensi profit lumayan dalam jangka menengah. Saat saya berada di antara dua pilihan tersebut, sebelumnya saya sudah menyetel fitur auto order untuk membeli GGRM di harga 28.000.
Fitur auto order di aplikasi trading saham memungkinkan investor untuk membeli saham-saham di harga dan jumlah lot yang dikehendaki tanpa harus standby terus menerus melihat pergerakan harga saham. Di aplikasi yang saya gunakan, auto order bisa disetel hingga maksimal jangka waktu 30 hari ke depan.
Satu hal yang saya lupa pertimbangkan adalah sebab turunnya harga GGRM. Pada akhirnya harga saham GGRM semakin jatuh bahkan menyentuh harga 27.000. Setelah saya cari tahu, ternyata penurunan GGRM tersebut karena kinerja buruk perusahaan pada Q2 2022 yang baru keluar pada 29 Juli 2022. Pada LK kuartal II tersebut, GGRM mencatat penurunan laba bersih -59,4% dibandingkan dengan periode Q2 2021. Tak heran bila harga sahamnya langsung anjlok.
Pada saat saya mengetahui LK GGRM tersebut saya langsung berpikir untuk membeli saham batubara alih-alih menambah koleksi saham Gudang Garam. Namun, fitur auto order saya telah melaksanakan tugasnya untuk membeli GGRM di harga 28.000 tadi. Di penutupan bursa bulan Juli harga saham GGRM 27.850.
Keputusan yang saya lakukan bukan berarti harus disesalkan secara mendalam. Gudang Garam tetaplah perusahaan yang bagus namun sedang mengalami penurunan kinerja. Di dunia ini kita tidak akan pernah bisa mendapatkan apa yang kita inginkan karena sumber daya yang terbatas. Itulah yang dinamakan dengan opportunity cost. Dengan pilihan saya average down GGRM, saya telah memilih mengorbankan potensi pertumbuhan portfolio dari saham batubara. Kita jelas tidak bisa mendapatkan dua-duanya karena dana yang terbatas. Yang paling penting seorang investor miliki adalah stamina untuk berinvestasi secara jangka panjang. Memiliki saham GGRM di harga rata-rata 32.594 tentunya memiliki potensi capital gain yang besar jika kelak perusahaan mampu memulihkan kinerjanya seperti sebelumnya.
Overall, kinerja portfolio saya mampu tumbuh 31,82% YTD (5,11% MoM), jauh meninggalkan IHSG yang hanya bertumbuh 5,67% YTD. Kenaikan portfolio saya ditopang oleh kenaikan saham ITMG yang naik hingga 29% MoM. Sekarang ITMG menempati posisi pertama dalam portfolio saya dengan jumlah 25,88% portfolio. Disusul oleh GGRM di posisi kedua dengan proporsi 22,75% portfolio.
Kenaikan portfolio saya juga ditunjang oleh pendapatan dari dividen GGRM dan SCMA yang menyumbang kenaikan portfolio saya hingga 2,28%. Yang menarik di sini, dengan harga ~28.000, saham GGRM berpotensi menghasilkan dividend yield sebesar 8%. Jauh melebihi hasil dari deposito atau investasi di SBN.
That’s it for today.
Jangan lupa. Silakan kunjungi channel YouTube saya ya. Silakan search Andromeda Ciptadi, atau klik link https://www.youtube.com/channel/UCtbOOkM7ZDpmbOXoRll_FVA
Akhir kata, selamat berinvestasi.