Eeasy Reads

Tidak mudah menjadi minoritas

Toulon.

Dulu, waktu hendak berangkat ke Perancis, rasa was-was selalu mendera saya. Salah satu sebabnya adalah persoalan menjalankan perintah agama. Sebagai seorang muslim yang baik, sudah sepantasnya kita menyempatkan diri untuk melaksanakan sholat wajib 5 waktu sehari. Saya sudah bersiap-siap untuk tidak mendengar suara adzan “live” selama 6 bulan. Hanya boleh berharap mendengar suara adzan dari laptop kesayangan saya sebagai pengingat waktu sholat,itu pun kalau pas buka laptop. Dan yang paling parah, harus melupakan sejenak bisa sholat Jumat selama 6 bulan.

Perancis memang dikenal sebuah Negara dengan perkembangan penduduk muslim terpesat di Eropa. Namun, di Perancis, Islam masih menjadi yang minoritas. Di Ecole Navale, ada beberapa siswa yang beragama Islam, itu pun siswa dari Negara luar seperti Tunisia, Kuwait, Arab Saudi yang memang mereka belajar selama tiga tahun di Perancis. Di kalangan siswa asing undangan seperti saya ini, ada teman-teman dari Maroko, Malaysia dan juga Kuwait yang muslim.

Sewaktu di Ecole Navale, masalah sholat lima waktu tak menjadi masalah karena masing-masing dari kami mendapat sebuah tempat tidur yang ada privasinya, disekat-sekat seperti warnet. Hal itu yang membuat saya dengan bebas melakukan sholat. Namun masalah timbul sewaktu sholat Dhuhur. Waktu sholat Dhuhur pada waktu itu selalu berbenturan dengan makan siang dan pelajaran. Selesai makan siang ke apel siang hanya ada waktu 15 menit untuk sholat, sehingga saya harus lari-lari untuk mengejar sholat Duhur. Untuk yang lainnya tidak ada masalah.

Bergeser ke BPC Dixmude, di mana saya onboard, muncullah sebuah masalah baru. Sekamar kami berenam, di mana hanya saya saja yang muslim. Lima yang lain Perancis, yang tentunya mereka memeluk agama yang berbeda dengan saya. Satu-satunya tempat yang privat di kamar adalah di atas tempat tidur, yang mana ada tirai yang bisa ditutup. Sholat menjadi sulit karena dua alasan. Yang pertama karena tidak ada ruangan khusus untuk sholat di kapal ini. Yang kedua karena di kamar banyak orang berlalu lalang sehingga menyulitkan diri saya untuk melaksanakan ibadah satu ini.

Terkadang untuk sholat harus menunggu sepi. Kalau sholat shubuh harus bangun pagi-pagi sebelum yang lain bangun pagi. Bukan apa-apa, karena tidak enak mengganggu lalu lintas mereka yang hendak ke kamar mandi atau ke tempat lain. Kalau pun tidak ada jalan lain, terpaksa menggunakan tempat tidur sebagai tempat sholat. Dhuhur dan ashar harus ambil waktu di antara istrirahat dua pelajaran. Sholat magrib terkadang saya harus menunggu yang lain berangkat makan malam. Seru juga sebenarnya usaha untuk melaksanakan sholat di sini.

Namun untuk urusan makan, kapal ini patut diacungi jempol. Selalu ada alternatif makanan bagi yang muslim apabila kebetulan menu saat itu tidak halal. Tinggal bilang saja ke petugasnya maka akan segera diantar jenis makanan yang lain, entah itu ayam, sapi atau ikan.

Sudah lebih satu bulan ini saya di Perancis, dan selama itu pula saya belum pernah melaksanakan sholat Jumat. Untungnya di Toulon ini ada masjid, tepatnya di komplek Arab, yang kebetulan letaknya tak jauh dari tempat kapal saya berada. Kemarin sore saya sudah pergi untuk sholat dhuhur berjamaah. Alhamdulillah, tenang rasanya kalau bisa melaksanakan sholat di tempat yang semestinya, tak usah takut terganggu, tak usah takut mengganggu.

Hari Jumat ini, semoga saya bisa menunaikan ibadah sholat Jumat karena kebetulah semuanya sedang melaksanakan cuti sehingga tidak ada pelajaran. Di masjid yang sama saya akan datang, untuk memenuhi panggilan Allah. Dan semoga nantinya di kapal disediakan tempat untuk sholat, yang bisa kami gunakan lima kali sehari.

Insya Allah.

Share :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *