Portfolio Update Juni 2022: Bursa Merah, Portfolio Merah, Panik?
Bulan Juni yang barusan kita lewati bersama adalah pertama kalinya portfolio kelolaan saya merah, alias bertumbuh negatif. Lima dari tujuh saham yang saya miliki merah. Hanya ICBP dan SCMA yang baru saya beli di bulan Juni saya yang masih mampu bertumbuh positif. Komposisi portfolio saya terdiri dari batubara 22,84%, consumer good 35,65%, bank/keuangan 22,06%, dan TV 15,43%.
IHSG secara MoM turun -3,32%, melanjutkan tren negatif bulan sebelumnya yang juga minus. Jika dilihat secara YTD, IHSG tumbuh +5,02%. Portfolio saya bulan Juni juga turun -2,83%. Walaupun sebagian besar dari saham koleksi saya turun, namun penurunan dana kelolaan saya tidak setajam IHSG. Hal ini disebabkan adanya dividen dari MBAP yang saya dapat bulan lalu. Andaikan tidak ada sumbangsih dividen MBAP tadi, maka portfolio saya akan jadi -3,31%, setara dengan performa IHSG.
Ini mengapa saya sekarang menjadi investor penggemar dividen. Dividen yang bisa kita dapat, walaupun nilainya kecil, namun kalau dikumpulkan lama-lama akan menjadi banyak juga. Kegunaan dividen yang paling penting menurut saya adalah sebagai “uang tunggu.” Maksudnya, sembari menunggu capital gain yang merupakan tujuan utama setiap investor, yang tidak dapat diprediksi kapan naiknya, investor mendapatkan hasil investasi berupa dividen.
Yang terbaru, saya membeli saham SCMA di bulan Juni. Salah satu alasannya adalah bahwa SCMA rutin membagikan dividen. Walaupun kecil. Dalam RUPST tanggal 29 Juni kemarin, SCMA memutuskan untuk membagikan dividen sebesar 3,1% dari laba bersihnya di tahun 2021. Atau Rp. 2,5 per lembar saham. Dengan harga saham terakhir di Rp. 210 (per artikel ini ditulis), ini berarti dividen yieldnya yang diterima 1,2%. Lumayan, buat beli cilok.
Saya memutuskan membeli saham SCMA setelah kebetulan belajar sektor pertelevisian. Dari sana saya bisa menyimpulkan bahwa hanya dua saham TV saja yang layak invest: MNCN dan SCMA. Keduanya adalah dua teratas penguasa pasar TV nasional. Kebetulan dua-duanya harganya sedang murah, diskon lebih dari 30% dari harga wajarnya.
Alasan saya membeli SCMA adalah karena saya agak ragu berinvestasi di MNCN. Walaupun MNCN dengan RCTI-nya sekarang ini merupakan peringkat satu TV Indonesia, namun saya kurang sreg dengan faktor Harry Tanoe. Saya kurang nyaman dengan manuver-manuver aksi korporasinya yang dilakukan pada saham BHIT, BMTR, KPIG, dan MNCN. Saya melihat perusahaan-perusahaan Harry Tanoe ini lebih fokus pada kegiatan investasi daripada mengembangkan perusahaan di bidang usahanya.
SCMA beda. Laporan keuangan historisnya cukup bersih, sedikit sekali anomali yang saya temukan. Kalaupun ada, itu bisa dimaafkan karena efeknya tidak material. Kemudian saya melihat prospek SCMA dari kecendurangannya untuk menggarap segmen olahraga, tepatnya sepakbola. SCMA berhasil mendapatkan hak siar Piala Dunia 2022 Qatar, English Premier League, dan UEFA Champions League. Pertandingan-pertandingannya akan ditayangkan di SCTV maupun melalui NEX Parabola. Saya yakin, dengan sepak bola menjadi olahraga paling digemari di negeri ini, subscriber NEX Parabola akan bertambah positif. Dan iklan yang bakal diraup oleh SCTV dari tayangan bola ini pastinya akan lumayan juga.
Selain itu, platform OTT Vidio juga menahbiskan dirinya sebagai pemuncak OTT di Indonesia. Termutakhir, Vidio mendapatkan investasi penyertaan modal sebesar 150 juta USD dari Affinity Equity Partners dan USD 45 juta dari Grab dan lainnya. Niscaya tambahan modal ini akan mampu digunakan untuk mengembangkan Vidio ke arah yang lebih baik lagi.
Apabila anda juga tertarik berinvestasi di SCMA, mungkin masih bisa masuk di harga tidak lebih dari 230 rupiah per lembar sahamnya.
Selain memasukkan SCMA ke dalam portfolio saya, saya juga menambah sedikit posisi di Gudang Garam dan Adira. Sehingga kini cash yang saya pegang hanya 3%.
Saham batubara di bulan Juni mengalami penurunan yang signifikan, mungkin ini akan menjadi peluang untuk menambah posisi, baik di ITMG atau MBAP sebelum LK Q2 2022 keluar, yang sangat besar kemungkinan akan juga bagus, menilik harga batubara yang masih kerasan di kisaran 300 – 400 USD.
Terakhir, lihat IHSG merah, anda jangan panik. Justru ini merupakan kesempatan untuk serok bawah. Asalkan sudah benar-benar menganalisis emiten yang diminati dengan detail. Oleh karenanya, penting untuk memperlebar wawasan kita. Istilahnya memperluas circle of competence. Jika kita banyak tahu, maka akan semakin banyak kesempatan mendapatkan saham murah di bursa.
Jangan lupa. Silakan kunjungi channel YouTube saya ya. Silakan search Andromeda Ciptadi, atau klik link https://www.youtube.com/channel/UCtbOOkM7ZDpmbOXoRll_FVA
Akhir kata, selamat berinvestasi.