Stocks

Portfolio Update Maret 2021

Selamat pagi para pembaca sekalian.

Jumpa lagi dengan update portfolio saya tiap akhir bulan. Maaf saya baru sempat posting awal April karena kesibukan yang tidak bisa saya tinggalkan, walaupun tulisannya sendiri sudah siap tanggal 31 Maret 2021.

Seperti yang pernah dan selalu saya tulis bahwa akhir bulan adalah saat “rapotan” kinerja portfolio sehingga saya bisa tracking perkembangan aset saya.

Ok, kinerja portfolio saya per tanggal 31 Maret 2022 adalah 14,2% year-to-date, naik 3,74% dari bulan sebelumnya. IHSG sendiri secara YTD mencatat pertumbuhan 7,44%. Indeks portfolio saya 1.259,1651 per unit. Harga per unit ini yang saya pakai untuk mengukur kinerja portfolio saya. Apabila melihat kinerja portfolio dan IHSG yang sekali lagi mencatat all time high-nya, maka 2022 ini sepertinya lebih cerah daripada tahun kemarin. Barangkali ini merupakan indikator bagus pulihnya perekonomian Indonesia setelah dua tahun berjibaku dengan pandemi, walaupun ada isu kelangkaan minyak goreng, kenaikan harga kedelai, sampai perang Rusia-Ukraina yang berimbas terhadap kenaikan harga energi.

Sepanjang bulan Maret saya menjual habis saham ABMM saya di harga 1.900. Dengan modal beli saya 1.425, maka tercatat saya mendapat keuntungan dari saham ABMM sebesar 33%. Bukan sesuatu yang bisa dibanggakan, memang. Namun keputusan saya menjual habis saham ABMM ini karena setelah saya benar-benar melakukan analisis secara komprehensif, conviction saya menurun. Salah satu yang membuat saya tidak nyaman adalah fakta bahwa leverage-nya pada LK FY 2020 sebesar 230%. Dan nilai leverage ini bukannya menurun, tapi malah naik apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tercatat pada tahun 2020 perusahaan menerima duit pinjaman sebesar 150 juta USD, yang dipakai sebagian besar untuk membayar hutang. Spending capex di tahun 2020 sendiri hanyalah sekitar 64 juta USD. Sudah begitu, tidak tampak ada tanda-tanda manajemen melakukan penambahan konsesi atau yang lainnya.

Hal lain yang membuat saya mantap untuk melepas ABMM adalah fakta bahwa batubara yang diproduksi oleh perusahaan ini didominasi batubara berkalori rendah di bawah 4.000. Tak heran jika NPM ABMM sangat tipis, hanya 1 – 2% saja.

Faktor-faktor tersebut yang membuat saya kurang suka pada perusahaan ini karena hutang yang didapat ternyata hanya digunakan untuk membayar hutang. Istilahnya gali lubang tutup lubang. Dan luckily saya berhasil menjualnya tepat di harga tertinggi selama 12 bulan terakhir. Harga saham ABMM sendiri per 31 Maret 2022 adalah 1.765. Hal lain yang membuat saya mantap jualan adalah karena di harga 1.900, bahkan 1.700, sesuai perhitungan saya sudah overvalued untuk perusahaan sekelas ABMM.

Dengan terjualnya saham ABMM saya maka saya masih mempunyai PR untuk menjual beberapa saham saya yang secara persentase kurang berkontribusi terhadap portfolio saya secara keseluruhan. Namun saya masih menunggu harganya naik dulu, tentunya. Di bulan Maret saya menyempatkan untuk menambah porsi di GGRM, ITMG, dan BBNI. Pikir saya, lumayan untuk menambah kenaikan portfolio. Saya juga telah memasang fitur auto buy untuk ADMF namun belum terbeli dikarenakan saham ADMF sudah terlanjur naik. Mungkin tunggu cum date dulu baru harganya akan turun.

Bulan Maret ditandai dengan banyaknya rilis laporan keuangan FY 2021, yang menurut saya sedikit banyak menjadi kontributor kenaikan IHSG. Emiten-emiten yang mencatat kenaikan net profit harga sahamnya mostly naik. Ditambah lagi bulan Maret-April ini musim RUPS yang juga menentukan besarnya dividen yang akan disetor ke para pemegang saham. Alhasil, investor yang terkategori sebagai dividend hunter banyak juga memburu saham-saham penghasil dividen jumbo yang diikuti dengan kenaikan (sesaat) harga sahamnya. Sebaliknya, beberapa emiten consumer good andalan malah mencatatkan penurunan laba bersih sehingga harga sahamnya masih di situ-situ saja. Namun saya yakin dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan ekonomi yang semakin membaik maka pasar akan mulai bergerak. Saham-saham yang sekarang ini masih agak berat untuk naik akan mulai bergeliat lagi.

Maret juga diramaikan dengan berita kepastian IPO GoTo, decacorn dalam negeri yang paling fenomenal. Setelah melaksanakan merger, maka GoTo akhirnya jadi juga melantai di bursa saham. Terwujud juga cita-cita Pak William Tanuwijaya untuk menjadikan Tokopedia sebagai perusahaan publik.

Sebagai investor tentunya kita bertanya: apakah saham GoTo layak beli?

Saat ini tentunya tidak susah untuk menjawab pertanyaan ini. Untungnya kita telah mendapat pelajaran berharga dari peristiwa IPO Bukalapak. Investor yang pintar tentunya akan berkata TIDAK apabila ditawari saham IPO GOTO. Bagaimana tidak, dari prospektus GoTo kita semua bisa melihat perusahaan ini rugi terus selama bertahun-tahun. Sama dengan Bukalapak yang sudah IPO duluan dan dibuktikan dengan harga sahamnya yang nyungsep. Namun saya yakin akan banyak spekulan yang mencoba untuk membeli saham GoTo ini di harga IPO dengan harapan dapat dijual beberapa hari kemudian saat harganya naik sesaat.

Pesan saya untuk teman-teman semua, janganlah tergiur oleh keuntungan sesaat. Berinvestasi secara benar itu adalah koentji. Tetaplah melakukan analisis fundamental sendiri dan jangan dengar apa kata orang. Percayalah, harga saham selalu akan mengikuti kualitas perusahaan. Tetap ikuti dua prinsip dasar investor fundamental: beli saham perusahaan bagus di harga murah.

Selamat berinvestasi.

Share :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *