Portfolio Update 101: Cara Tracking Kinerja Portfolio
Mulai bulan depan, saya memutuskan untuk menuliskan progress kinerja bulanan investasi saham saya di blog ini. Tujuannya tak lain untuk berbagi pengalaman kepada para pembaca untuk bisa dijadikan sebuah pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan awal dibuatnya blog ini, yaitu salah satunya sebagai media belajar bagi siapa saja. Update portofolio dapat ditemukan pada menu Portfolio pada halaman depan.
Kinerja portfolio akan saya catat setiap akhir bulan, atau di hari terakhir bursa saham pada bulan itu. Metode yang saya gunakan yaitu metode pencatatan a la reksadana, yaitu memakai sistem indeks untuk menilai kinerja portfolio. Pergerakan indeks akan menjadi indikator naik turunnya kinerja portfolio saham saya.
Pencatatan ini sebenarnya sudah saya lakukan sejak bulan Januari 2021 dengan nilai indeks awal 1.000,0000. Per 30 November ini, indeks portfolio saya 1.126,5277, atau naik 12,65% bila dibandingkan dengan posisi awal tahun. Selanjutnya kinerja portfolio saya tandingkan dengan kinerja IHSG sebagai benchmark. IHSG sendiri sudah tumbuh 9,28% pada akhir bulan ini.
Penggunaan IHSG sebagai benchmark sebenarnya hanya dimaksudkan sebagai penambah semangat saya untuk semakin menambah skill investasi saya. Walaupun sebenarnya seorang investor tidak seharusnya terbebani oleh kinerja portfolionya dalam jangka pendek (1 tahun saya anggap jangka pendek). Namun saya sendiri memasang target kinerja investasi saya paling tidak harus lebih tinggi dari inflasi, imbal hasil obligasi pemerintah, dan IHSG.
Data di atas menunjukkan kinerja portfolio saya unggul sedikit dari IHSG, 12,65% berbanding 9,28%. Not bad lah buat pemula. Hal ini tentunya semakin memacu saya untuk semakin belajar dan semakin jeli dalam melakukan keputusan investasi.
Metode Tracking Kinerja Portfolio
Selanjutnya saya akan sedikit menjelaskan metode yang saya gunakan dalam mencatat kinerja portfolio saya.
Ada tiga variabel yang saya gunakan dalam melacak kinerja portfolio saya, yaitu 1) Total Aset, 2) Jumlah Unit, dan 3) Indeks. Indeks portfolio saya dimulai pada posisi 1.000,0000 dengan nilai aset tertentu, let’s say 100 juta rupiah pada tanggal 1 Januari 2021. Dari situ saya bisa bisa mendapatkan Jumlah Unit awal saya, yaitu 100.000,0000. Indeks dan Jumlah Unit sengaja saya tulis hingga 4 nol di belakang koma seperti yang biasa dilakukan di reksadana.
Kemudian bagaimana kalau ada tambahan dana masuk dari top up berkala? Maka dana yang masuk tadi akan menambah Jumlah Unit, yang didapat dari membagi jumlah dana masuk dengan nilai Indeks terakhir bulan sebelumnya. Misal, saya top up 5 juta rupiah pada tanggal 10 Januari 2021, maka Jumlah Unit saya akan bertambah 5.000 unit, yang didapat dari membagi jumlah dana masuk 5 juta tadi dengan nilai indeks bulan itu yang senilai 1.000,0000. Hal ini menjadikan Total Aset saya menjadi 105 juta rupiah dengan Jumlah Unit 105.000,0000.
Kemudian pada tanggal 29 Januari 2021 yang merupakan hari terakhir pasar saham buka pada bulan Januari saya akan mengevaluasi kinerja portfolio saham saya. (Diambil tanggal 29 Januari karena tanggal 30 dan 31 Januari adalah Sabtu dan Minggu). Taruhlah pada penutupan bursa tanggal 29 Januari tadi portfolio saya turun menjadi 104 juta rupiah. Maka Indeks saya juga turun menjadi 990,4762. Posisi indeks 990,4762 ini yang akan digunakan untuk semua transaksi di bulan Februari. Selanjutnya penurunan nilai indeks yang terjadi di bulan Januari ini tercatat sebesar -0,95%, didapat dari membandingkan dengan angka indeks 1.000,0000 sebelumnya.
Sengaja indeks yang saya pakai hanya menggunakan nilai Indeks akhir bulan sebelumnya. Hal ini untuk menghindari kerumitan dalam pencatatan. Kalau di reksadana, mereka mengupdate Indeks setiap hari. Walaupun metode yang saya gunakan sepintas kurang akurat bila dibandingkan dengan reksadana yang menggunakan nilai Indeks harian, namun saya merasa pencatatan yang saya lakukan selama 11 bulan ini masih reliable untuk digunakan.
Lanjut. Jika saya menarik sebagian aset saya karena sedang BU, maka hal itu akan mengurangi jumlah unit. Misalnya pada tanggal 15 Februari saya mencairkan 15 juta rupiah, maka Jumlah Unit saya akan menjadi 89.855,7692, berkurang 15.144, 2308 dari sebelumnya 105.000,0000.
Kemudian akhir bulan Februari nilai aset saya ternyata naik menjadi 91 juta rupiah. Maka hal ini secara otomatis akan menaikkan Indeks, yaitu menjadi 1.012,7341. Angka ini berarti naik 2,25% dari bulan sebelumnya, atau meningkat 1,27% secara year to date (YTD).
Bagaimana jika mendapat dividen? Dividen yang didapat dianggap sebagai penambahan nilai aset. Tidak dianggap sama seperti top-up dana. Hal ini agar nilai aset terlihat berkembang sehingga kinerjanya bisa diukur dengan baik.
Begini kira-kira ilustrasi penjurnalan kinerja portofolio sesuai contoh di atas.
Metode pencatatan kinerja investasi ini saya kira sangat bagus untuk dilakukan oleh setiap investor. Utamanya sangat berguna untuk melihat kinerja riil yang tidak terlihat di aplikasi trading saham yang dimiliki. Aplikasi trading saham hanya menunjukkan kinerja portfolio berdasarkan saham yang dimiliki saja, namun tidak bisa mencatat pertumbuhan investasi dari saham-saham yang telah dijual sebelumnya.
Cerita investasi di atas hanya ilustrasi saja. Bulan depan, atau akhir Desember 2021 akan saya tuliskan kinerja investasi saham saya, sekaligus untuk mengevaluasi kinerja portofolio saya selama tahun 2021 ini.
Semoga bermanfaat