Money Quest: Sebuah Pencarian Kebebasan Finansial
Buku Money Quest ini saya baca pada kuartal pertama 2021. Sebuah buku yang mencoba memberikan pemahaman bahwa sebuah kebebasan finansial itu dapat diperjuangkan asalkan tahu caranya. Pengarangnya, Jocs Pantastico dan Anita Untario, expert di bidang keuangan, berpendapat bahwa mindset orang harus berubah, terutama dengan perkembangan lingkungan kontemporer yang ternyata sangat berpengaruh terhadap situasi keuangan tiap-tiap individu pada umumnya. Penulis mencontohkan bahwa banyak ibu selalu menyuruh anak-anaknya untuk menghabiskan makanan karena dulu zaman perang cari makan sangat sulit. Padahal ibu-ibu tersebut tidak pernah mengalami masa perang. Hal itu tentunya didapat dari orang tua mereka yang mengalami masa-masa perang dan diturunkan Kembali ke anak-anaknya. Konsep investasi pun ternyata harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Orang tua kita mungkin sekarang menganggap deposito adalah instrumen investasi yang terbaik. Hal itu lumrah karena memang pada saat mereka berusia 30 tahunan, suku bunga deposito mencapai 8,9%, sangat jauh bila dibandingkan dengan masa kini yang hanya sekitar 3 – 5% setahun. Buku ini mengingatkan kita untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan agar dapat mencapai kemerdekaan finansial.
The Big Picture

Secara umum isi buku Money Quest ini adalah penjabaran dari gambar di atas. Cerita tentang seseorang, panggil saja dia Fulan, yang mendorong kereta hartanya ke puncak gunung. Kereta harta tersebut ditarik oleh seeekor kuda. Perjalanan semakin berat tatkala si Fulan terbebani oleh beban berat di kakinya dan adanya seekor sapi yang menumpang di atas peti hartanya. Untuk mencegah kereta kudanya semakin melorot, si Fulan sengaja menaruh batu penahan kecil di roda belakang kereta hartanya.
Money Quest dengan jitu menggambarkan segala aspek dari sebuah manajemen keuangan dalam satu gambar. Puncak gunung adalah tujuan keuangan yang hendak dicapai. Medan yang mendaki adalah inflasi. Kuda adalah kendaraan investasi yang membawa peti harta menuju ke puncak gunung a.k.a. financial goals. Sapi yang nangkring di atas peti harta diibaratkan sebagai hutang produktif, berbeda dengan hutang non-produktif yang digambarkan dengan logam pemberat besar yang terikat di kaki si Fulan. Selanjutnya batu kecil penahan adalah asuransi yang dapat menahan kereta harta turun apabila ada hal-hal yang tidak terduga. Buku ini berpendapat bahwa penguasaan terhadap hal-hal tersebut dibutuhkan untuk membuat perencanaan keuangan dengan tujuan untuk mencapai tujuan finansial.
Pentingnya Menunda Kesenangan
Sebelum membahas kesemuanya tadi, buku ini buru-buru menyajikan konsep budgeting dengan mengibaratkan kebutuhan-kebutuhan kita ke dalam konsep tiga buah toples. Toples pertama adalah toples basic, berisi pengeluaran-pengeluaran rutin yang harus kita keluarkan tanpa kompromi, seperti makan, bensin, pakaian, dll. Toples kedua adalah toples future, yang berupa dana darurat, asuransi, dana pensiun, dana pendidikan anak, dll. Toples terakhir adalah toples fun, hal-hal yang kurang penting yang hanya merupakan sebuah gaya hidup saja. Diskusi tentang toples ini seharusnya menyadarkan kita bahwa tiga toples tersebut perlu keseimbangan. Jangan sampai kita tidak mengisi toples masa depan sama sekali karena toples ini yang nantinya menjamin kehidupan kita di masa tua. Toples kesenangan juga jangan kosong sekali karena bisa membuat kita tidak bahagia. Apa gunanya duit banyak kalau tidak bahagia? Oleh karena itu, dalam setiap rumah tangga perlu sekali untuk membuat perencanaan keuangan dalam bentuk budgeting.
Sedikit mengingat ajaran Robert Kiyosaki dalam bukunya yang popular “Rich Dad Poor Dad.” Kiyosaki menceritakan perbedaan perilaku keuangan antara ayah kaya dan ayah miskin. Ayah miskin, saat mendapat gaji di awal bulan, yang pertama dilakukannya adalah memenuhi kebutuhannya dulu, dari membayar tagihan, membeli barang kebutuhan, hingga membayar hutang. Sisanya baru ditabung. Itu pun kalau masih ada sisa. Sebaliknya, ayah kaya mengambil cara bertindak yang berkebalikan. Yang pertama dilakukan ayah kaya saat menerima gaji adalah mengambil sebagian untuk diinvestasikan/ditabung. Baru selebihnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bulanan. Cara bertindak ayah kaya menyiratkan perlunya kita untuk mengutamakan toples future dengan melakukan pengendalian terhadap toples basic. Dibutuhkan yang namanya kerelaan untuk menunda kesenangan.
Money Quest memberi tahu kita bahwa di era teknologi sekarang ada banyak sarana untuk membantu kita dalam mengendalikan pengeluaran. Kita dapat menggunakan electronic wallet untuk memisah-memisahkan pos-pos pengeluaran kita. Dapat juga menggunakan aplikasi gratis budgeting yang membantu kita dalam tracking pengeluaran bulanan kita.
Proteksi
Yang termasuk ke dalam proteksi ini adalah dana darurat dan asuransi.
Dana darurat merupakan uang cash atau simpanan likuid yang hanya digunakan dalam situasi-situasi kedaruratan. Rumus amannya kira-kira antara tiga sampai enam bulan pengeluaran. Jadi apabila sebuah keluarga membutuhkan pengeluaran bulanan sebesar 15 juta untuk hidup normal, maka keluarga tersebut dianjurkan untuk memiliki simpanan sebesar 45 sampai 90 juta. Dana tersebut di luar dana investasi dan keperluan lain-lain. Hanya akan digunakan untuk hal-hal emergency saja. Menurut penulis, dana darurat bisa dirupakan cash sebesar 50% dan dimasukkan ke reksadana pasar uang setengah yang lainnya. Jangan sekali-sekali memasukkan dana darurat ini ke dalam instrumen investasi yang fluktuatif, agar saat dibutuhkan nilainya tidak turun.
Asuransi terdiri dari asuransi jiwa dan asuransi kesehatan. Perlu dipahami beda konsep kedua asuransi tersebut. Asuransi jiwa tujuannya untuk melindungi keluarga yang ditinggalkan (dalam bentuk warisan uang), sedangkan asuransi Kesehatan untuk melindungi si pemegang asuransi apabila mengalami sakit di masa depan. Besarnya asuransi ini layaknya batu kecil penahan haruslah pas, jangan terlalu kecil dan juga jangan terlalu besar. Kalau batu penahan terlalu kecil, maka dia tidak akan mampu menahan melorotnya kereta harta. Sebaliknya apabila terlalu besar maka akan menghalangi majunya kereta harta ke depan. Rumus simpel uang pertanggunan yang didapat dari buku ini adalah kira-kira seperti ini:
- Asuransi kesehatan: 50% gaji tahunan.
- Penyakit kritis: 5 kali gaji tahunan.
- Asuransi jiwa: 10 kali gaji tahunan.
Besarnya tentunya harus disesuaikan dengan penghasilan masing-masing. Wajarnya, pengeluaran untuk asuransi ini maksimal 15% dari penghasilan bulanan. Jangan lebih.
Ends: Toples Future
Beberapa hal terpenting dalam toples masa depan ini adalah paling tidak yang utama adalah dana pensiun dan dana pendidikan anak.
Dana pensiun ringkasnya adalah sejumlah dana yang harus dikumpulkan saat kita pensiun nanti, yang apabila diinvestasikan bisa menghasilkan return yang mampu untuk menghidupi kita secara layak seperti saat masih bekerja. Anggap saja kebutuhan tahunan kita 180 juta. Dana pensiun yang dibutuhkan haruslah menghasilkan pendapatan pasif senilai 180 juta per tahun tadi (tentunya masih harus mempertimbangkan tingkat inflasi rata-rata di masa depan).
Dana pendidikan pun tak jauh beda. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sama dengan memasukkan faktor inflasi. Syaratnya harus tahu berapa biaya pendidikan saat ini, meliputi uang gedung dan SPP bulanan. Selanjutnya perlu juga diperhitungkan biaya hidup di masa depan seperti kos-kosan dan uang makan jika kuliahnya direncanakan jauh dari rumah. Inflasi uang gedung sekitar 10%, sedangkan inflasi SPP kuliah 4%. Saya sendiri tercengang saat menyadari pentingnya merencanakan dana pendidikan anak: tiba-tiba tujuh tahun lagi sang anak pertama sudah harus kuliah. Waktu terus berjalan. Kesadaran akan hal ini penting sekali agar kita semua memiliki waktu yang cukup untuk mengisi peti harta dan membawanya ke puncak gunung.
Jauhi Hutang!
Hutang adalah malapetaka kalau hutang yang dimiliki tergolong sebagai hutang non-produktif. Dalam artian, kita tidak akan bisa menabung untuk masa depan jika masih punya tanggungan hutang yang masih harus dilunasi. Jangan biasakan untuk membeli masa depan dengan berhutang. Belilah masa depan dengan rajin menabung. Situs bolasalju.com pernah melakukan penelitian perbandingan antara kontrak rumah vs beli rumah melalui KPR. Hasil akhirnya ternyata setelah 20 tahun, si kontrak rumah memiliki aset yang jauh lebih besar dari si KPR dengan syarat si kontrak rumah tiap bulan menginvestasikan sejumlah uang yang sama dengan yang dikeluarkan oleh si KPR. Investasinya pun tentunya harus tepat, di tempat yang memungkinkan untuk mendapatkan return minimal 11% setahun. Kalaupun terpaksa beli rumah lewat KPR, Money Quest menganjurkan maksimal besar cicilan bulanan adalah 30% dari monthly income.
Banyak Tujuan Memerlukan Perencanaan
Mr. A berusia 35 tahun, gaji 20 juta per bulan, dengan biaya hidup bulanan 15 juta rupiah ingin memiliki dana pensiun 20 tahun lagi. Mr. A dan istri memilki dua orang anak, satu SD kelas 5, yang bungsu SD kelas 1. Mr. A membaca buku Money Quest ini dan ingin menghitung berapa gaji yang harus disisihkan setiap bulannya. Setelah dihitung dengan memasukkan premi asuransi jiwa 500 ribu per bulan (asuransi kesehatan cukup pakai BPJS), didapat angka 8,73 juta. Itu artinya, Mr. A hanya punya uang sisa 11,3 juta per bulan, tidak cukup untuk membiayai hidup bulanannya. Beda lagi jika Mr. A sudah merencanakan keuangan keluarganya sepuluh tahun sebelumnya. Tentunya uang yang ditabung tidaklah sebesar itu.
Pada akhirnya, buku ini menyadarkan kita untuk segera memulai perencanaan keuangan sedini mungkin agar dapat mencapai tujuan keuangan yang kita cita-citakan. Selalu perlu diingat bahwa waktu adalah teman terbaik investasi. Semakin awal kita mulai berinvestasi, maka semakin kecil uang yang harus ditabung tiap bulannya.
Spend smart, invest more
Hi penulis,
Bagus banget nih tulisannya.. semoga bermanfaat bagi yang membaca.
Keep posting ya