Melintas bujur 0 derajat
Samudera Atlantik Selatan,
Malam itu saya mendapat tugas jaga anjungan jam 20.00 sampai tengah malam. Di Angkatan Laut Perancis, jadwal jaganya tidak seperti di Indonesia yang rata 4 jam-an, yaitu jam 8 – 12, jam 12 – 4, dan jam 4 – 8. Di Perancis, jadwal jaganya adalah 0800 – 1200, 1200 – 1400, 1400 – 1800, 1800 – 2000, 2000 – 2400, 0000 – 0400, dan 0400 – 0800. Terdapat dua kali Dogwatch (jam jaga selama dua jam), yang berada pada jam makan siang dan jam makan malam. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada personel untuk makan dan agar tidak ada yang meninggalkan penjagaan hanya untuk alasan makan.
Malam itu, selesai makan malam, saya sudah nongkrong di Ruang Jaga Mesin untuk menunggu Paga Anjungan yang akan jaga dengan saya. Memang sudah menjadi kewajiban bagi seluruh Paga di kapal perang Perancis untuk melaksanakan sedikit kunjungan ke Ruang Jaga Mesin, Ruang Kom dan PIT, sebagai referensi untuk masa penjagaan yang akan dilaksanakannya. Pukul 19.55 Sang Perwira Jaga datang ke ruang Jaga Mesin. Kami mendapat penjelasan dari Paga Mesin yang telah menempati penjagaan pada pukul 19.45 tentang kondisi peralatan-peralatan yang sedang beroperasi, mesin, DG, rencana perbaikan 4 jam ke depan dan lain-lainnya. Setelah puas mendapat penjelasan dari Paga Mesin, kami pun meluncur ke ruang Kom yang di sini disebut PC Telec.
Di PC Telec kami mendapat penjelasan dari jaga kom tentang situasi komunikasi yang sedang dilaksanakan, jaring komunikasi dengan Dixmude, berita-berita yang masuk, kondisi antena, dan lain sebagainya. Seperti di kapal perang mana saja, ruang kom di Georges Leygues juga tidak boleh dimasuki oleh sembarang orang. Hanya personel Divisi Komunikasi, Kadepops dan Komandan yang berhak masuk ke PC Telec. Maklum, karena Ruang Komunikasi adalah mulut dan telinga sebuah kapal perang manapun. Di sini seluruh lalu lintas berita yang sifatnya rahasia berlangsung. Puas berkunjung, kami pun melanjutkan ke tempat selanjutnya, PIT.
Pusat Infomasi Tempur, disingkat PIT, di Perancis namanya CO (Central Opération). Di sana kami menemui Paga PIT yang telah menempati penjagaan pada pukul 19.45. Di PIT kami mendapat penjelasan tentang latihan-latihan yang sedang dan akan dilaksanakan, posisi Gugus Tugas, situasi senjata, situasi derajat kesiagaan dan hal-hal lain yang berbau peperangan, termasuk peralatan-peralatan Radar, ESM yang sedang beroperasi.
Selesai dari PIT kami menuju ke anjungan, tempat saya berdiri selama 4 jam ke depan. Gelap kondisi pada saat itu, sesuatu yang normal karena cahaya dari anjungan dapat memantul dari kaca, yang mana akan menghalangi pandangan kita ke luar. Di sana seluruh personel jaga baru sudah menempati posisi pada pukul 19.45, hanya tinggal Paga Anjungan yang memang melaksanakan serah terima pada pukul 20.15. Personel jaga anjungan hanya terdapat satu orang kemudi, satu orang jaga throttle mesin, satu asisten Paga, dan dua orang pengawas yang berada di geladak isyarat. Praktis dan tidak banyak orang.
Setelah melaksanakan serah terima, kendali anjungan pun berada di pundak saya. Segala macam keselamatan yang berkaitan dengan navigasi menjadi tugas saya sebagai Paga Anjungan pada saat itu. Saat Paga Anjungan yang asli mengisi jurnal anjungan, saya pun member briefing kepada pengawas, jaga mesin dan PIT tentang kegiatan ke depan yang akan kami lalui selama penjagaan. Berbicara mengenai jurnal Paga, pada saat kapal berlayar Paga Anjungan harus mengisi dua buah jurnal, jurnal navigasi dan jurnal geladak. Paga wajib mengisi sendiri dua jurnal tersebut pada awal dan akhir penjagaan. Di tengah-tengah penjagaan dilaksanakan oleh asisten paga. Bintara asisten Paga di sini tugasnya banyak sekali, mulai dari mengisi jurnal, siaran kapal, melaksanakan komunikasi taktis, pengibaran bendera, hingga isyarat lampu kalau diperlukan. Beruntung dia tidak harus mengeplot posisi kapal di peta karena sudah menggunakan peta elektronik.
Malam itu kebetulan dilaksanakan latihan Manuver Pembekalan di Laut, yang mana kapal saya Georges Leygues bertindak sebagai kapal pemberi. Pembekalan di Laut atau dalam bahasa Inggrisnya Replenishment at Sea (RAS) adalah sebuah operasi yang dilaksanakan oleh dua buah kapal perang atau lebih, untuk melaksanakan transfer bahan bakar ataupun barang-barang lainnya dalam kondisi sedang berlayar di laut. Hal ini dilaksanakan untuk menambah endurance masa operasi kapal di laut. Karena biasanya kapal-kapal jenis frigate mempunyai daya tahan di laut selama 14 hari, sehingga apabila diperintahkan untuk berlayar selama satu bulan di laut dibutuhkan penambahan bahan bakar. Kapal pemberi bahan bakar biasanya adalah kapal jenis pengangkut bahan bakar, yang mempunyai kapasitas tangki bahan bakar sangat besar.
Malam itu kami hanya melaksanakan latihan pendekatan saja, yang mana kedua kapal diharuskan untuk berjalan beriringan dengan jarak cukup dekat, sejauh 50 meter, selama 15 menit. Menjadi cukup kompleks karena latihan pada saat itu dilaksanakan pada saat malam hari, pada saat kondisi penglihatan tidak seratus persen. Saat itu Dixmude yang mendekati kapal saya, sedangkan saya hanya memastikan kapal saya berjalan di haluan dan kecepatan yang telah ditentukan sebelumnya. Latihan dilaksanakan lengkap dengan pengiriman tali jarak, yaitu tali yang telah ditandai dengan lampu setiap 6 meter, untuk mengetahui jarak sebenarnya di antara kedua kapal. Latihan pada malam itu berjalan selama satu jam, dan Alhamdulillah berjalan dengan aman. Latihan seperti ini dilaksanakan dua kali sehari, siang dan malam,dan manuver pendekatan dilaksanakan secara bergantian oleh para Kadet, dengan didampingi oleh Perwira Navigasi tentunya. Komandan juga hadir di anjungan, untuk memastikan keamanan kapal.
Setelah selesai latihan Pembekalan di Laut, suasanan anjungan yang mendadak ramai kembali hening. Tak lama kemudian, pada pukul 22.30 Komandan kembali naik ke anjungan. Kali ini untuk menuliskan Perintah Malam. Perintah Malam Komandan dituliskan langsung oleh Komandan di Jurnal Navigasi. Setelah Komandan menuliskan Perintah Malamnya, saya pun membacanya dengan keras, untuk memastikan bahwa Perintah Malam Komandan telah dimengerti oleh Perwira Jaga anjungan. Setelah itu saya pun menghubungi PIT dan Perwira Jaga Mesin dan kembali membacakan Perintah Malam tersebut. Setelah dimengerti dan diterima oleh kedua Paga lainnya, Komandan pun meninggalkan anjungan untuk beristirahat.
Suasana pun kembali hening, hingga tak sengaja saya melihat ke GPS. Yah, ternyata posisi saya pada saat itu berada di meridian 0 derajat. Sebuah garis maya yang menjadi patokan penentuan waktu di seluruh dunia. Lengkap sudah saya alami, berada di garis equator 0 derajat (khatulistiwa) dan sekarang di meridian 0 derajat. Kapal pun melaju dengan tenangnya di Samudera Atlantik Selatan, menuju Rio de Janeiro, yang terletak di satu-satunya benua yang belum saya singgahi, Benua Amerika.