Stocks

Dua Alasan Saham GOTO Tidak (atau Belum) seperti Saham BUKA

Ramai di media diberitakan banyak startup dilanda PHK besar-besaran. Harry Tanoe, pengusaha kondang sampai bilang: the golden day of startup are already over.

Bagaimana dengan kondisi saham Bukalapak, startup yang IPO di tahun 2021? Harga sahamnya per 8 Juli 2022 terpantau 258 rupiah, jauh di bawah harga IPO-nya. Saat itu saham Bukalapak dijual di harga 850. Artinya nilainya sekarang sudah turun 69%. Bila melihat fenomena saham BUKA, tampaknya statement Harry Tanoe di atas ada benarnya.

Eit, tapi tunggu dulu. Bagaimana dengan GOTO yang barusan IPO?

Harga sahamnya sekarang turun sih di 350. Tapi penurunannya saat ini sejalan dengan bearishnya bursa saham sekarang ini. Saham GOTO saat IPO dijual seharga 388 per sahamnya. Saham GOTO tampaknya lebih stabil bila dibandingkan dengan BUKA. Bahkan, di pertengahan Juni kemarin, harga sahamnya sempat menyentuh 404 rupiah.

Sekilas jika kita baca prospectus dan Laporan keuangan GOTO, GOTO ini tergolong ke dalam perusahaan yang konsisten. Konsisten ruginya. Lantas, berdasarkan hukum fundamental, harusnya sahamnya jeblok dong, seperti saham Bukalapak. Trus bagaimana ceritanya kok saham GOTO di situ-situ aja. Nah, di sini ada peranan mekanisme IPO yang didesain sedemikian rupa oleh founder GOTO, yaitu skema lock up dan greenshoe. Sebelum ke sana, kita lihat bareng-bareng fundamental perusahaan untuk mengetahui apakah GOTO ini perusahaan yang sehat atau sekarat.

Pada akhirnya, anda akan bisa menyimpulkan apakah GOTO ini betul-betul startup yang beda, yang tahan banting menghadapi krisis yang sedang terjadi sekarang ini. Atau justru menyimpan bom waktu yang akan membuat nasib sahamnya seperti Bukalapak?

Overview bisnis

Gojek dan Tokopedia resmi merger pada 17 Mei 2021. Bergabungnya kedua perusahaan startup Indonesia saat itu menjadi perbincangan ramai di Indonesia mengingat keduanya adalah startup anak bangsa berstatus decacorn dan unicorn. Gojek adalah decacorn dengan valuasi di atas 10 miliar dollar atau 140 triliun. Tokopedia, dengan valuasi 7 miliar dollar, atau sekitar 100 triliun, berstatus unicorn. Alhasil penggabungan kedua perusahaan tadi ditaksir mencapai 17 miliar dollar.

Gojek merupakan perusahaan ojek online sedangkan Tokopedia bergerak di bidang e-commerce. Gojek memulai usahanya di tahun 2010 sebagai call center pemesanan ojek. Tokopedia mulai bergerak di tahun 2009 sebagai penyedia transaksi antar-konsumen, atau C2C. Selanjutnya di tahun 2015 Gojek meluncurkan aplikasi di smartphone dengan 4 layanan utama, yaitu GoRide, GoSend, GoFood, dan GoMart. Tokopedia di tahun yang sama mulai merambah ke bisnis barang digital dan finansial.

Tahun 2018, GoJek ekspansi ke Vietnam dengan nama GoViet, selanjutnya GoJek juga membuka layanan di Thailand. Sayangnya, GoJek Thailand tahun lalu resmi dijual ke AirAsia. Tokopedia pun tak ketinggalan dengan terus berinovasi dan berkembang.

Tokopedia dan Gojek merger di tahun 2021 dengan nama GoTo, untuk kemudian IPO di Bursa Saham Indonesia pada tanggal 11 April 2022.

The Fundamental

Saat video ini dibuat, laporan keuangan terakhir yang bisa saya akses adalah LK kuartal I 2022. Pada dokumen tersebut, tercatat GOTO masih merugi sebesar 6,6 triliun rupiah. Jauh melebihi periode sebelumnya yang rugi sebesar 1,9 triliun. Tahun 2021, GOTO bahkan rugi 22 triliun! Jika kita lihat laporan keuangan di bagian Ekuitas, dicatat di sana akumulasi kerugian selama perusahaan berdiri adalah 86,6 triliun rupiah.

GoTo rugi karena besar pasak daripada tiang. Gross profit margin perusahaan tergolong kecil, hanya 18 persen. Bisa dimaklumi sih, mengingat model bisnis GoTo yang memang nature-nya tidak memiliki pricing power yang kuat. GoJek sebagai perusahaan ojek online tidak akan bisa mengambil margin yang tinggi. Tokopedia pun demikian. Bisnis utama Tokopedia itu sebenarnya distributor saja, sehingga memang susah apabila menghendaki margin yang tinggi.

Pendapatan kotor GOTO hanya 281 miliar, namun beban penjualan dan pemasaran mencapai 3,3 triliun. Biaya operasional juga mencapai 2,5 triliun. Terlihat perusahaan ini masih gemar bakar duit.

Saat kita lihat Laporan arus kasnya, aroma bakar duit makin kental kerasa. Arus kas operasionalnya minus 3,3 triliun, hampir dua kali lipat dari periode sebelumnya yang minus 1,2 triliun. Ini berarti selama melakukan usaha GOTO tidak benar-benar menghasilkan duit.

Bagaimana dengan neraca keuangannya?

Aset GOTO tercatat 151 triliun. Namun, 63% dari aset tersebut sifatnya tidak material, alias tak berwujud. GOTO memiliki intangible assets senilai 11,9 triliun, dan goodwill sebesar 93,8 triliun. Goodwill sebesar ini berasal dari valuasi merger Gojek dan Tokopedia itu sendiri.

Yang positif dari Balance Sheet GOTO ini adalah jumlah kasnya yang tebal serta minimnya hutang berbunga. Goto tercatat memiliki simpanan uang kas sebesar 27 triliun. Yah, dengan asumsi tahun 2022 ini masih rugi 20 triliun, kas yang dipunya masih cukup lah untuk menutupi biaya operasional dan biaya bakar duit 1,5 tahun ke depan apabila tidak ada investor baru lagi yang menyetor dana tambahan.

Sementara itu, pinjaman bank yang dimiliki GOTO hanya 1,5 triliun. Angka ini berarti GOTO mempunyai leverage 28% dari nilai ekuitas GOTO, setelah saya kurangi dari nilai goodwill dan nilai merk yang tidak material tadi. Ini agar konservatif saja. Apabila dilihat hutang secara keseluruhan, DER GOTO ini hanya 71%.

Usaha Stabilisasi Harga Saham

Sebelum IPO, GoTo merilis Prospektus yang bisa dibaca oleh calon investor. Saya mencatat setidaknya ada dua hal menarik yang harus dicermati, yang menurut saya, ada kaitannya dengan kondisi harga saham GOTO sekarang ini.

Yang pertama adalah jumlah saham GoTo. Berdasarkan prospektus, total jumlah saham GoTo adalah 1,1 triliun lembar saham. Ini adalah jumlah yang banyak sekali. Lazimnya, jumlah saham perusahaan di Indonesia adalah miliaran lembar saham, paling banyak ratusan miliar. Sebelumnya, FREN adalah emiten yang mengedarkan saham paling banyak, yaitu 253 miliar lembar.

Kemudian dari 1,1 triliun lembar saham tadi, hanya 3,4% saja yang dimiliki oleh masyarakat atau 40,6 miliar lembar saham yang berhasil dijual saat IPO yang lalu. Waktu itu, GOTO berhasil menghimpun dana segar sebesar 13,72 triliun rupiah.

Banyaknya saham GOTO ini disinyalir bertujuan untuk menurunkan harga saham waktu IPO agar terlihat murah. Mungkin pendiri GOTO berkaca pada pengalaman saham Bukalapak yang saat IPO dijual seharga 850 rupiah. Perlu diingat, ditulis di Prospektus GOTO bahwa harga nominal sahamnya adalah 1 rupiah. Itu artinya, bila saat IPO dijual di harga 338, artinya saham GOTO dijual lebih mahal 300 kali lipat dari nilai aslinya.

Hal menarik kedua dari IPO GOTO adalah adanya skema greenshoe dan lock up. Kedua skema ini bertujuan untuk menstabilkan harga saham, agar harga sahamnya tidak jatuh di periode awal setelah IPO.

Greenshoe adalah upaya pembelian saham yang dilakukan perusahaan apabila harga saham GOTO bergerak di bawah harga IPO. Jadi bila setelah IPO harga saham GOTO jatuh di harga 334, maka perusahaan melalui pihak ketiga akan langsung membeli sahamnya hingga gimana caranya naik lagi. Dana yang disiapkan oleh GoTo untuk skema greenshoe ini adalah 2 triliun dan dilakukan selama-lamanya 1 bulan sejak IPO. Dan, belum genap sebulan, atau tepatnya tanggal 27 April 2022, skema greenshoe telah dilakukan semuanya dengan terbelinya 6 miliar lembar saham oleh perusahaan dengan harga rata-rata 293,24 rupiah. Duit 2 triliun untuk buyback ini berasal dari dana yang terkumpul dari IPO.

Usaha stabilisasi saham kedua adalah skema lock up, yaitu sebuah Ketentuan yang melarang  para pemegang saham sebelum IPO untuk menjual sahamnya. Ada yang dilarang sampai 8  bulan sejak IPO. Ada yang hingga 2 tahun sejak IPO. Aturan lock up ini untuk mencegah digunakannya IPO sebagai exit strategy bagi para investor awal.

Conclusion

GOTO tadinya kecolongan saat didahului IPO oleh Bukalapak. Status startup yang dimiliki Bukalapak dan GOTO mau tidak mau akan membuat masyarakat membanding-bandingkan kedua perusahaan ini.

Dari sudut pandang GOTO, apabila saham BUKA naik terus, maka GOTO akan gampang mengumpulkan duit dari IPO. Namun, karena saham BUKA konsisten dalam tren yang menurun, IPO GOTO pun dibayangi kegagalan.

Di satu sisi, GOTO ingin mengumpulkan dana dari investor ritel sebanyak-banyaknya. Di sisi lain, harga per lembar sahamnya harus lebih murah dari harga IPO BUKA agar masyarakat mau membelinya. Walaupun kita tahu sama-sama kalau harga IPO GOTO tidak ada murahnya sama sekali.

Untuk mencapai kedua hal itu, GOTO memecah sahamnya sedemikian rupa sehingga ketemu harga per lembar sahamnya 388 rupiah, dan secara bersamaan mampu menghimpun dana 13 triliun rupiah. Asal tahu saja, IPO GOTO juga diwarnai dengan ide “gotong royong.” Maksudnya, masyarakat awam pun, termasuk driver Gojek bisa membeli saham IPO. Dan memang, iklan IPO ini waktu itu gencar sekali dilakukan GOTO melalui aplikasi GoJek dan Tokopedia. Tujuannya jelas: untuk menjaring masyarakat awam yang gak tahu sama sekali dunia persahaman. Dan tampaknya usaha mereka cukup berhasil apabila melihat dana terkumpul yang cukup besar, walaupun masih kalah dari IPO Bukalapak yang berhasil meraup dana Rp. 21,9 triliiun.

Secara fundamental, perusahaan GoTo ini konsisten merugi terus. Pendapatan yang diterimanya tidak mampu menutupi biaya pemasaran dan operasionalnya. Arus kasnya pun selalu negatif, artinya, GOTO tidak pernah benar-benar menghasilkan uang dari aktivitas usahanya. Uang yang selama ini diputar berasal dari dana investor.

Harganya yang cenderung stabil sejauh ini disebabkan karena jumlah saham beredar yang sangat banyak sekali hingga mencapai 1,1 triliun lembar saham. Jumlah saham beredar ini penting diperhatikan. Semakin banyak lembar sahamnya, maka harga saham akan semakin berat untuk naik maupun turun. Di samping itu, selama masih periode lock-up, persentase saham yang bisa diperjual belikan sekarang ini sangat kecil sekali, hanya 3,4% saja. Alhasil, sejauh ini harga saham GOTO masih di situ-situ saja. Meskipun demikian, saham GOTO pernah turun sampai -34%, saat harganya turun ke 194.

Kita lihat saja nanti. Saat periode lock-up berakhir pada bulan Januari 2023 nanti, apakah akan berpengaruh ke harga saham GOTO.

Bagaimana menurut anda?

Oh ya, tulisan ini juga dapat anda saksikan versi visiualnya di channel Youtube saya ya. Bisa di-klik di tautan ini: https://www.youtube.com/watch?v=Yw2dDiY7dqE&t=1s

Share :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *