Dari pengarahan, cocktail hingga Capitane d’Arme
Dakar,
Hari kedua di Dakar.
Kalau Dahlan Iskan pernah menuliskan catatannya pada saat menunggu keberangkatan pesawat, saya menulis catatan ini pada saat menghadiri sebuah pengarahan. Dua hari sandar di Dakar, hari pertama adalah “hari kerja” sedangkan hari kedua adalah hari pengarahan. Pengarahan dari Dubes Perancis ini laksana lagu nina bobo bagi saya. Angin jendela yang bertiup sepoi-sepoi semakin mendekatkan saya dengan yang namanya mimpi indah.
Tak mau tertidur dengan seragam kehormatan ini saya menyibukkan diri memencet tombol-tombol di Blackberry untuk menuangkan celoteh-celoteh saya. Hanya untuk sekedar kenangan pribadi, syukur-syukkur kalau bisa menginspirasi orang lain (duile !)
Kapal sandar kemarin pagi di pelabuhan umum Dakar. Dua hari rencana sandar di Dakar, pagi-pagi besok sudah tolak menuju Lisbon. Di kapal perang Perancis, waktu sandar tidak berarti bebas dari pekerjaan. Dua hari sebelum sandar biasanya sudah keluar yang namanya Perintah Harian Palaksa, sang wakil Komandan. Dalam Perintah Harian tersebut tercantum segala informasi tentang kegiatan sehari-hari selama sandar. Dari mulai seragam yang digunakan, waktu pesiar, peringatan-peringatan saat pesiar, nomor-nomor telepon penting, sampai jenis hari dinas dicantumkan di sana. Perintah Harian ini ditempel di tempat-tempat strategis di seluruh kapal agar dapat dilihat seluruh ABK.
Selama dua hari di Dakar ini misalnya, hari pertama diputuskan sebagai “hari kerja” dan hari kedua sebagai “hari minggu”. Hari minggu ini maksudnya hari libur, bukan hari Minggu sesungguhnya karena hari kedua sekarang ini adalah hari Rabu. Ada lagi jenis hari lainnya yaitu “hari sabtu”.
Pada “hari kerja” seluruh personel di kapal melaksanakan kegiatan kerja seperti biasa. Kegiatannya antara lain pembuangan sampah, pembersihan, pengisian bahan bakar, pengangkutan bahan-bahan logistik hingga pengarahan-pengarahan. Pengecualian untuk Dakar, di mana pengarahan dilakukan pada saat “hari minggu”. Pada “hari kerja” pesiar dilakukan pada pukul 16.00.
Pada “hari sabtu” kapal melakukan pekerjaan-pekerjaan selama setengah hari. Pesiar mulai pukul 13.00. Sedangkan pada “hari minggu” pesiar bebas, mulai subuh pun boleh kalau mau. Seluruh personel, termasuk Kadet, diijinkan untuk menginap di hotel selama besoknya adalah “hari minggu” dan tidak malam kapal tolak. Mereka yang hendak “tidur luar” atau istilah Perancisnya découcher harus mencatatkan alamat lengkap dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Bagi yang tidak “tidur luar” jam pulang pesiar adalah pukul 03.00 atau 01.00 bagi yang jaga keesokan harinya.
Kegiatan lain yang selalu ada selama misi Jeanne d’Arc ini adalah cocktail party. Kegiatan yang sangat tidak saya gemari karena acara tersebut sama dengan alkohol yang mana saya tidak mungkin menyentuhnya. Selain itu makanan yang disajikan hanya seujung jari. Perut saya pasti protes kalau dimasuki makanan seujung jari seperti itu.
Ada lagi yang namanya PO, kepanjangannya present obligatoire yang berarti “wajib hadir”. PO adalah para Kadet yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas-tugas khusus selama sandar, termasuk jadi penerima tamu saat cocktail party. PO ini adalah tugas biasa, namun kebanyakan merupakan hukuman. Hukuman bagi mereka-mereka yang tertangkap tidur saat jam kerja, atau makan pagi pada saat pembersihan pagi. Ada juga yang mendapat PO karena lupa mengunci lemari mereka ataupun meninggalkan laptop atau ponsel di atas tempat tidur. PO ini masih tergolong hukuman yang lebih ringan dari hukuman lainnya : cabut pesiar.
Yang tugasnya menangkap Kadet-kadet bermasalah adalah sang satpam yang bernama Capitaine d’Arme. Untungnya dia tak pernah memberikan hukuman jungkir balik yang lebih menyiksa. Namun terkadang hukuman PO dan cabut pesiar jauh lebih menyakitkan daripada jungkir balik. Nah lho…?